Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Setiap
ummat muslim diwajibkan untuk mendirikan sholat, karena sholat merupakan tiang
agama. Tiang penopang yang akan menentukan berdiri atau tidaknya agama dalam
diri masing – masing ummat muslim.
Sholat
terbagi menjadi dua macam, yang pertama sholat wajib yakni sholat yang
diwajibkan bagi setiap muslim untuk mendirikannya. Yang kedua sholat sunnah yakni
sholat yang hukumnya sunnah.
Sholat
sunnah dapat dikerjakan berjamaah maupun munfarid dan terbagi dalam dua macam
yakni sholat sunnah mu’akat dan ghairu mu’akad. Mu’akad artinya dianjurkan,
jadi sholat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk ummat muslim melaksanakannya,
ada juga sholat sunnah yang tidak dianjurkan melaksanakannya, tapi sebagaimana
hukumnya sunnah bila dikerjakan berpahala ditinggalkan tidak apa-apa.
Walau
demikian kita sebagai ummat muslim tentu ingin meningkatkan amalan ibadah dan
ketakwaan kita. Dengan semakin banyak kita mengerjakan sholat sunnah
tanpa melihat itu dianjurkan atau tidaknya akan menambah amalan di luar
kewajiban sholat lima waktu yaitu satu kebaikan dalam bentuk sholat yang bukan
merupakan keharusan tetapi bernilai ibadah, yang dilakukan dengan ihklas dan
kerelaan hati.
Dalam
riwayat Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Rabi’ah bin Ka’ab Al Aslamiy
ra. Juga diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah bersaabda yang artinya :
“Saya pernah bermalam
bersama Rasulullah SAW. Saya mendatangi beliau sambil berkata
kepadaku,”Mohonlah Saya berkata, “Saya memohon kepada engkau untuk dapat menyertai
engkau (ya Rasulullah) di surga”. Beliau bersabda, “Ada lagi yang lain?” Saya
menjawab, “Cukup itu saja”. Sabdanya, “Tolonglah aku agar permohonanmu terkabul
dengan jalan kamu melakukan banyak sujud (sholat)”
Sholat
sunnah disariatkan untuk menyempurnakan sholat fardu. Karena sholat adalah amal
ibadah penentu dari amal ibadah yang lain dihadapan Allah SWT nanti, Rasulullah
SAW pernah bersabda:
“AWWALU MAA YUHAASABU
`ALAIHIL `ABDU YAUMAL QIYAAMATI ASH SHALAATU FA IN SHALUHAT SHALUHA SAAIRU
`AMALIHI WA IN FASADA SAA-IRU `AMALIHII”
Artinya :
“Awal mula amalan yang
yang dihisap atas seorang hampa pada hari kiamat nanti adalah sholat, maka
apabila sholat itu baiklah seluruh amalannya, dan apabila Sholat itu jelek,
maka jelek pulalah seluruh amalannya.” (Hadits riwayat Imam Thabrani)
Keutamaan
sholat sunnah secara singkat adalah untuk menambah tabungan amal nanti di
akhirat serta menambah kebaikan bagi diri si pelakunya. Karena dengan
senantiasa mengerjakan ibadah-ibadah yang sunnah maka dengan sendirinya ibadah
yang fardu pun akan terlaksana dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan sholat sunnah?
2.
Apa dalil yang mendasari pelaksanaan sholat
sunnah?
3. Apakahsajakah yang termasuk dalam
klasifikasi sholat sunnah berjamaah, beserta karakteristik nya?
4. Apasajakah yang termasuk kedalam
klasifikasi sholat sunnah munfarid, beserta karakteristiknya?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah supaya ummat
muslim dapat mengetahui bagaimanakah atau apa yang dimaksud dengan sholat
sunnah dan apa saja kegunaan dari sholat sunnah tersebut, sehingga kita bisa
mengetahui, mengamalkan, serta membentuk pribadi muslim yang sempurna.
Bab II
Pembahasan
2.1
PENGERTIAN SHALAT SUNAH
Salat sunah atau salat nawafil (jamak:
nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk dilaksanakan namun tidak
diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dengan kata lain apabila
dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan tampak hikmahdan rahmat dari Allah SWT yang
begitu indah. Salat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni:
ü Muakad,
adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati
wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witr dan salat sunah thawaf.
ü Ghairu
Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu
dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi
gerhana).
2.2 DALIL YANG MENDASARI
PELAKSANAAN SHOLAT SUNNAH
Dasar
pelaksanaan sholat sunnah sangat kuat dan mendasar. Sholat sunnah didasari oleh
hadis dan sunah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Jadi sholat sunnah
itu bukan sholat yang hanya dibuat – buat tapi sholat yang berdasArkan pada
dalil – dalil naqli.
Dalil
tersebut yang kemudian dijabarkan oleh para ulama dan umara untuk disampaikan
pada seluruh ummat muslim, baik itu jenis maupun tata cara pelaksanaannya yang
sesuai dengan hadis dan sunnah.
Sebagimana
yang telah diterangkan oleh Allah SWT di dalam hadis QudsiNya yang artinya : “ Hambaku
senantiasa mendekatkan diri kepada Ku dengan melakukan hal-hal yang sunnah,
sehingga Aku menyenangi dan mencintainya. Karenanya Akulah yang menjadi mendengarnya
yang dengannya ia mendengar; Akulah yang menjadi penglihatannya dengan ia
melihat, Aku menjadi lidahnya dengannya ia berkata; dan Aku menjadi akalnya
yang dengannya ia berfikir. Apabila ia meminta sesuatu kepadaKu, niscaya Aku
menolongnya. Ibadah yang dilakukannya kepadaKu yang paling aku senangi adalah
menunaikan kewajibannya dengan sebaik-baiknya untukKu”. (HR. Imam Thabrani)
Di
antara rahmat Allah SWT kepada hambanya adalah bahwa Allah SWT mensyari'atkan
bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis; agar orang mukmin bertambah
imannya dengan melakukan yang sunnah, dan menyempurnakan yang wajib pada hari
kiamat, karena kewajiban-kewajiban mungkin ada yang kurang. Anjuran untuk
melaksanakan sholat sunnah, antara lain berdasarkan hadits dari Rabi’ah bin
Malik yang mengatakan bahwa Rasullah memerintahkan kepada saya, dengan
sabdanya:
“Bermohonlah, maka saya menjawab: “Saya mohon kepadamu
agar saya dapat menemanimu di surga”. Kemudian beliau
bersabda:“Adakah selain itu?” Saya menjawab: “Ya, hanya itu”. Beliaubersabda
lagi: “Maka bantulah saya, agar berhasil permohonan itudengan membanyakkan
sujud (salat sunat)”.
Dari
Ummu Aabibah. RA isteri nabi SAW beliau berkata, aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “tidaklah
seorang hamba muslim shalat sunnah bukan fardhu untuk Allah setiap hari dua
belas rakaat, kecuali Allah membangunkan baginya rumah di surga, atau kecuali
dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim).
Dari
Ibnu Umar.RA berkata: "Aku shalat bersama Rasulullah SAW sebelum dhuhur
dua rakaat, dan setelahnya dua rakaat, setelah maghrib dua rakaat, setelah
shalat isya' dua rakaat, setelah shalat jum'at dua rakaat, adapun shalat
maghrib, isya', dan jum'at, maka aku shalat bersama nabi rdi rumahnya.”
(muttafaq alaih)
2.3 SHALAT SUNAH BERJAMAAH
Shalat sunah
berjamaah adalah salat sunah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama. Salah seorang bertindak sebagai imam dan lainnya menjadi makmum.
1. SHALAT IDAIN
Ø PENGERTIAN
Shalat Id adalah shalat yang dilakukan pada
waktu hari raya, karena dalam tradisi Islam terdapat dua hari raya, yakni Idul
Fitri dan Idul Adha maka dalam satu tahun terdapat dua shalat Id. Shalat hari raya berjumlah dua
rakaat, dan sunah dengan berjamaah, serta dikerjakan sebelum khutbah. Akan
tetapi, bagi orang yang mengerjakan ibadah haji disunahkan mengerjakannya tanpa
berjamaah. Bagi orang yang mengerjakannya tanpa berjamaah tidak disunahkan
melakukan khutbah setelahnya.
Ø HUKUM SHALAT ‘IDUL FITRI DAN ‘IDUL ADHA
Mengerjakan shalat ‘Idul
Fitri dan ‘Idul Adha (‘idain) berhukum sunah muakkad.
Ø DALIL
Firman Allah swt.:
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَر. (الكوثر:3)
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkorbanlah.” (QS. Al
Kautsar: 3)
Hadits Nabi
Muhammad saw.:
كَانَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ (متفق عليه)
“Rasulullah
saw., Abu Bakar, Umar melakukan shalat dua hari raya sebelum khutbah
dilaksanakan.” (Muttafaq ‘Alaih)
Ø WAKTU PELAKSANAAN
Pelaksanaan
shalat hari raya dimulai saat matahari terbit sampai dengan tergelincir, dan
yang paling utama adalah mengerjakannya ketika matahari sudah naik kira-kira
satu tombak dalam pandangan mata.
Ø
TEMPAT
PELAKSANAAN
Tempat pelaksanaan shalat ‘ied lebih utama
(lebih afdhol) dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan.
Abu Sa’id Al Khudri mengatakan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى
“Rasulullah shallalahu ‘alaihi
wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah
lapang.”[9]
Ø KESUNAHAN DI HARI RAYA
1.
Melantunkan takbir
Kesunahan ini dimulai sejak terbenamnya
matahari hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha, dan berakhir ketika imam memulai
shalat ‘id. Hanya saja, pada hari raya ‘Idul Adha tetap disunahkan
melantunkannya setiap selesai mengerjakan shalat fardlu, shalat rawatib, shalat
sunah mutlak, dan shalat janazah. Kesunahan ini berlangsung sampai waktu Ashar
tanggal 13 Dzulhijjah.
Adapun
bacaan takbir yang dimaksud adalah:
اَللهُ أَكْبَرُ،
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ، وَاللهُ اَكْبَرُ،
اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كبيراً وَالْحَمْدُ ِللهِ
كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً، لاَ إِلٰهَ إِلا اللهُ وَحْدَهْ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ
عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ،
لاَ إِلٰهَ إِلاَّ
اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْد
Catatan:
a.
Takbir yang disunahkan pada setiap selesai shalat disebut takbir muqayyad.
b.
Takbir yang disunahkan tidak pada setiap shalat disebut takbir mursal.
2.
Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari
raya:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ
لِعِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى سُنَّةً ِللهِ تَعَالٰى .
3.
Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam
disunahkan berangkat ketika shalat hendak dilaksanakan.
4. Berhias
diri dengan memakai parfum, pakaian yang bagus, memotong kuku, serta
menghilangkan bau yang tidak sedap.
5. Menempuh
jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6. Makan terlebih
dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada ‘Idul Adha, sunah
melakukan shalat terlebih dahulu.
7. Tahniah (ungkapan
suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat tangan. Seperti
lafadh:
تَقَبَّلَ اللهُ
مِنَّا وَمِنْك
8. Menjawab
ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنْكُمْ، أَحْيَاكُمُ
اللهُ ِلأَمْثَالِهِ، كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
Ø PELAKSANAAN SHALAT DAN KHUTBAH
1. Ketika imam sampai di masjid, muraqi segera
berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya shalat, yakni dengan lafadh:
صَلُّوْا سُنَّةً
لِعِيْدِ اْلفِطْرِ / اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ.
2. Imam segera menuju mihrab (tempat imam), lalu niat shalat
disertai takbiratul ihram. Niatnya adalah:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْفِطْرِ /
اْلأَضْحٰى رَكْعَتَيْنِِ ِللهِ تَعَالٰى.
3. Setelah
takbiratul ihram, dilanjutkan membaca do’a iftitah, kemudian melakukan takbir
sebanyak tujuh kali pada raka’at pertama, dan lima kali pada raka’at kedua.
Lalu, membaca tasbih di sela-sela takbir:
سُبْحَانَ اللهِ
وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
“Subhanallah wal hamdulillah
wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war
hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang
benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah
aku).” Namun ingat sekali lagi, bacaannya tidak dibatasi dengan bacaan ini
saja. Boleh juga membaca bacaan lainnya asalkan di dalamnya berisi pujian pada
Allah Ta’ala.
4.
Setelah selesai melakukan takbir ketujuh, dilanjutkan membaca ta’awwudz, surat
Al Fatihah dan surat-surat yang disunahkan; seperti surat Qaf atau Al A’la pada
raka’at pertama, dan surat Al Qamar atau surat Al Ghasyiyah pada raka’at kedua.
5. Selesai melaksanakan shalat,
muraqi segera berdiri untuk memberi aba-aba dimulainya khutbah, disusul dengan
membaca shalawat sambil menyerahkan tongkat. Redaksinya semisal:
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ وَزُمْرَةَ
الْمُؤْمِنِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، إِعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذاَ، يَوْمُ
عِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى، وَيَوْمُ السُّرُوْرِ، وَيَوْمُ الْمَغْفُوْر،
يَوْمُ أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ
الصِّيَامَ، إِذَا صَعِدَ الْخَطِيْبُ عَلَى الْمِنْبَرِ، أَنْصِتُوْا أَثَابَكُمُ
اللهُ، وَاسْمَعُوْا أَجَارَكُمُ اللهُ، وَأَطِيْعُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ.
اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى
سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ، اللّـٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا
وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
6. Setelah
itu, khotib menuju mimbar khutbah.
7.
Kemudian muraqi membaca do’a:
اَللّـٰهُمَّ قَوِّ اْلإِسْـلاَمَ، مِنَ
الْمُسْـلِمِيْنَ وَالْمُسْـلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنِ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
وَيَسِّرْهُمْ عَلىٰ إِقَامَةِ الدِّيْنِ، وَاخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ،
وَيَاخَيْرَ النَّاصِرِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
8. Selesai
do’a, khotib mengucapkan salam kemudian duduk.
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
9. Lalu, muraqi membaca takbir sebanyak tiga
kali:
اَللهُ أَكْبَرْ،
اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أََكْبَرْ، لآَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ،
اَللهُ أَكْبَرْ وَ ِللهِ الْحَمْد 3 ×
10. Kemudian, khotib
melaksanakan khutbah pertama. Selesai khutbah, khotib duduk sejenak, disusul
muraqi membaca shalawat:
اَللّـٰهُمَّ صَلِّ
عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
11. Selesai
duduk, khotib melanjutkan dengan khutbah kedua sampai selesai.
2.
SHALAT
TARAWIH
Ø PENGERTIAN
Shalat
Tarawih (kadang-kadang disebut teraweh atau taraweh) adalah salat
sunnat yang dilakukan khusus hanya pada bulan ramadan.
Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari تَرْوِيْحَةٌ yang
diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat". Fakta menarik salat
ini ialah bahwa Rasulullah hanya
pernah melakukannya secara berjamaah dalam 3 kali kesempatan. Disebutkan bahwa
Rasulullah kemudian tidak melanjutkan pada malam-malam berikutnya karena takut
hal itu akan menjadi diwajibkan kepada ummat muslim.
Ø HUKUM SHALAT TARAWIH
Hukum
melaksanakannya adalah sunah muakkad.
Ø DALIL SUNNAH-NYA SHALAT TARAWIH
Hadits sahih riwayat Bukhari & Muslim (muttafaq alaih)
Hadits sahih riwayat Bukhari & Muslim (muttafaq alaih)
من قام رمضان
إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه
Artinya: Barangsiapa menegakkan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharap balasan dari Allah k, niscaya diampuni dosa yang telah lalu.
Artinya: Barangsiapa menegakkan Ramadhan dalam keadaan beriman dan mengharap balasan dari Allah k, niscaya diampuni dosa yang telah lalu.
Ø BILANGAN RAKAAT SHALAT TARAWIH
ü Delapan
rakaat ditambah Witir
ü Dua
puluh rakaat ditambah Witir
ü Tiga
puluh enam rakaat ditambah Witir
Ø NIAT SHALAT TARAWIH
َأُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيحِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُومًا/إِمَامًا للهِ تَعَالَى
"Ushalli
sunnatat taraawiihi rak'ataini (ma'muman/imaaman) lillahi ta'aalaa."
|
Artinya:
" Aku niat Salat Tarawih dua rakaat (menjadi makmum/ imam) karena Allah
Ta'ala"
ATAU
َأُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيحِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالَى
"Usholli
sunnatattarowihi rok'ataini lillahi ta'ala"
|
Artinya: " Aku niat Salat
Tarawih dua rakaat karena Allah Ta'ala"
Ø PELAKSANAAN SHALAT TARAWIH
a.
Waktu pelaksanaannya setelah shalat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang
waktu subuh).
b.
Diutamakan secara berjamaah tetapi boleh juga dilaksanakan sendirian (munfarid)
c.
Lebih utama setiap dua rakaat salam. Namun, apabila dilaksanakan empat rakaat
tidak perlu ada tasyahud awal supaya tidak menyerupai shalat fardu.
Ø DOA SETELAH SHALAT TARAWIH
اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنْ، وَلِلْفَرَآئِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَلِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكاَةِفَاعِلِيْنَ، وَلَمَاعِنْدَكَ طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ، وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِى الْأَخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَآءِ رَاضِيْنَ، وَلِلنَّعْمَآءِ شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلَآءِ صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَآءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَآئِرِيْنَ، وَاِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَاِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آَكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّى شَارِبِيْنَ، بِأَكْوَابٍ وَاَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مَنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَحَسُنَ أُوْلَئِكَ رَفِيْقًا، ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هَذَا الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَآءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَآءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَآاَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya:
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang melaksanakan
kewajiban- kewajiban terhadap-Mu, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan
zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang
berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia,
yang menyenangi akherat , yang ridha dengan ketentuan, yang ber¬syukur atas
nikmat yang diberikan, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah
panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, sampai kepada
telaga (yakni telaga Nabi Muhammad) yang masuk ke dalam surga, yang duduk di
atas dipan kemuliaan, yang menikah de¬ngan para bidadari, yang mengenakan berbagai
sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu yang murni dengan
gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari para
nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang
terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha
Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini
tergolong orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau
jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya, Semoga
Allah mencurahkan rahmat-Nya atas penghulu kita Muhammad, keluarga beliau dan
shahabat beliau semuanya, berkat rahmat-Mu, oh Tuhan, Yang Paling Penyayang di
antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
3.
SHALAT
WITIR
Ø
PENGERTIAN
Secara
bahasa witir berarti ganjil. Sehingga shalat witir adalah shalat yang jumlah
bilangan rakaatnya ganjil. Paling sedikit satu rakaat dan paling banyak 11
rakaat. Shalat witir tidak hanya dilakukan setelah shalat tarawih di bulan
Ramadhan. Namun, pada malam hari di luar bulan Ramadhan umat Islam pun
dianjurkan untuk melaksanakan shalat witir sebagai penutup shalat-shalat sunah
malam hari.
Ø HUKUM SHALAT WITIR
Hukum
melaksanakannya adalah sunah muakkad.
Ø NIAT SHALAT WITIR
ü Shalat
witir I
Jadi Imam: أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ اِمَامًا للهِ تَعَال
Jadi makmum: أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَال
Artinya: Saya berniat shalat sunnah witir dua rakaat jadi imam/makmum karena Allah Ta’ala.
Jadi Imam: أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ اِمَامًا للهِ تَعَال
Jadi makmum: أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَال
Artinya: Saya berniat shalat sunnah witir dua rakaat jadi imam/makmum karena Allah Ta’ala.
ü Shalat
witir II
Jadi Imam: أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ اِمَامًا للهِ تَعَالى
Jadi makmum: أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالى
Artinya: Saya berniat shalat sunnah witir satu rakaat jadi imam/makmum karena Allah Ta’ala.
Jadi Imam: أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ اِمَامًا للهِ تَعَالى
Jadi makmum: أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالى
Artinya: Saya berniat shalat sunnah witir satu rakaat jadi imam/makmum karena Allah Ta’ala.
Ø PELAKSANAAN SHALAT WITIR
a.
waktunya pada malam hari setelah shalat isya’
b.
dilaksanakan secara berjamaah atau sendirian (munfarid)
c.
jumlah rakaatnya ganjil Dalam pelaksanaannya ada dua macam niat, yakni niat
untuk shalat 2 rakaat dan ditutup dengan niat untuk shalat 1 rakaat.
Ø DOA SHALAT WITIR
Disunahkan setelah shalat witir
sesuai dengan hadis riwayat Abu Dawud dan Imam Turmuzi untuk membaca
سُبْحَانَ اْلمَلِكِ اْلقُدُّوْس Sebanyak
tiga kali. Pada kali yang ketiga dibaca dengan suara yang lebih besar. Selanjutnya
dibaca :
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ برِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Atau bila ingin membaca doa
yang lebih panjang setelah membaca سبحان الملك القدوس kemudian
dilanjutkan dengan membaca :
سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ جَلَّلْتَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِاْلعِزَّةِ وَاْلجَبَرُوْتِ وَتَعَزَّزْتَ بِاْلقُدْرَةِ وَقَهَّرْتَ اْلعِبَادَ بِاْلمَوْتِ
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ برِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَفِي كُلِّ لَحْظَةٍ اَبَدًا عَدَدَ خَلْقِكَ وَرِضَى نَفْسِكَ وَزِنَةَ عَرْشِكَ وَمِدَادَ كَلِمَاتِكَ
4.SHALAT
SUNAH GERHANA (MATAHARI DAN BULAN)
Ø PENGERTIAN
Shalat sunah Gerhana
adalah shalat sunah yang di lakukan saat terjadi gerhana, baik gerhana matahari
(Kusuf) ataupun gerhana bulan (Khusuf). Shalat sunah Gerhana termasuk shalat
sunah Muakkadah, shalat sunah gerhana di lakukan dengan bilangan rakaat seperti
rakaat sebelum terjadi gerhana, jika gerhana itu terjadi sesudah dhuhur dan
sebelum Ashar, maka di kerjakan empat rakaat seperti shalat Ashar, dan dan
sebelum shalat Maghrib maka shalat sunah Gerhana di lakukan sebanyak empat
rakaat mengikuti shalat Ashar, begitu seterusnya. Dalam shalat gerhana mata
hari yang terjadi pada waktu siang, bacaan tersebut dengan suara perlahan,
tetapi dalam shalat gerhana bulan yang terjadi pada waktu malam, bacaan
tersebut dengan suara keras atau nyaring.
Ø TATA CARA
1.
Berniat di dalam hati dan tidak dilafadzkan
karena melafadzkan niat termasuk perkara yang tidak ada tuntunannya dari Nabi
kita shallallahu ’alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ’alaihi wa sallam
juga tidak pernah mengajarkannya lafadz niat pada shalat tertentu kepada para
sahabatnya.
a.
Shalat Sunah Gerhana Bulan
USHALLI
SUNNATA LIKHUSUUFIIL GAMARI RAK'ATAINI LILLAHI TA'ALA, ALLAAHU AKBAR.
Artinya
: Aku berniat shalat sunah gerhana rembulan dua rakaat karena Allah Ta'ala
Allah Maha Besar.
b.
Niat Shalat Gerhana Matahari.
USHALLI SUNNATA LIKHUSUFI SYAMSI RA'ATAINI
LILLAHI TA'ALA, ALLAAHU AKBAR.
Artinya : Aku berniat shalat sunah
gerhana matahari dua rakaat karena Allah Ta'ala Allah Maha Besar
2. Takbiratul
ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
Membaca do’a istiftah dan
berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang
(seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih)
sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:
جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika shalat gerhana.”(HR.
Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
3. Kemudian
ruku’ sambil memanjangkannya.
Kemudian bangkit dari ruku’
(i’tidal) sambil mengucapkan
’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’
4.
Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun
dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri
yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
5.
Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang
panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
Kemudian
bangkit dari ruku’ (i’tidal).
6.
Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana
ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
7.
Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan
raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan
gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
8.
Salam.
9.
Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada
para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar,
sedekah, dan membebaskan budak.
4.
SHALAT
SUNAH ISTISQO
Ø PENGERTIAN
Istisqo
secara bahasa adalah meminta turun hujan. Secara istilah yaitu meminta kepada
Allah SWT agar menurunkan hujan dengan cara tertentu ketika dibutuhkan
hamba-Nya.Hukum shalat Istisqo adalah sunnah muakkadah bagi yang terkena
musibah kelangkaan air untuk minum dan kebutuhan lainnya. Dan dianjurkan bagi
kaum muslimin lainnya yang masih mendapatkan air, sebagai bentuk ukhuwah
dan tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Ø DALIL SHALAT ISTISQO
Allah
SWT berfirman:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا(10)يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا(11)وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا(12)
Maka aku katakan kepada mereka:
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, –sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun–,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS. Nuh: 10-12)
Hadits
Rasulullah SAW:
َعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( خَرَجَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مُتَوَاضِعًا, مُتَبَذِّلًا, مُتَخَشِّعًا, مُتَرَسِّلًا, مُتَضَرِّعًا, فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ, كَمَا يُصَلِّي فِي اَلْعِيدِ, لَمْ يَخْطُبْ خُطْبَتَكُمْ هَذِهِ
) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَأَبُو عَوَانَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ
Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhu
berkata: Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan rendah diri,
berpakaian sederhana, khusyu’, tenang, berdoa kepada Allah, lalu beliau shalat
dua rakaat seperti pada shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti pada
shalat hari raya, beliau tidak berkhutbah seperti khutbahmu ini.
Riwayat
Imam Lima dan dinilai shahih oleh Tirmidzi, Abu Awanah, dan Ibnu Hibban.
عن أَنَسِ بْنَ مَالِكٍ يَذْكُرُ أَنَّ رَجُلًا دَخَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ مِنْ بَابٍ كَانَ وِجَاهَ الْمِنْبَرِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْمَوَاشِي وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا قَالَ أَنَسُ وَلاَ وَاللَّهِ مَا نَرَى فِي السَّمَاءِ مِنْ سَحَابٍ وَلاَ قَزَعَةً وَلاَ شَيْئًا وَمَا بَيْنَنَا وَبَيْنَ سَلْعٍ مِنْ بَيْتٍ وَلاَ دَارٍ قَالَ فَطَلَعَتْ مِنْ وَرَائِهِ سَحَابَةٌ مِثْلُ التُّرْسِ فَلَمَّا تَوَسَّطَتْ السَّمَاءَ انْتَشَرَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ قَالَ وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا الشَّمْسَ سِتًّا ثُمَّ دَخَلَ رَجُلٌ مِنْ ذَلِكَ الْبَابِ فِي الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَهُ قَائِمًا فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا قَالَ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالْآجَامِ وَالظِّرَابِ وَالْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
( البخاري )
Dari Anas bin Malik RA
menyebutkan bahwa ada seorang lelaki pada hari Jum’at masuk dari pintu menuju
mimbar. Sedang Rasulullah SAW berkhutbah. Dia menemui rasul SAW sambil
berdiri dan berkata: wahai Rasulullah SAW telah musnah binatang
ternak dan sumber mata air sudah tidak mengalir. Mohonlah pada Allah agar
menurunkan air untuk kami. Berkata Anas: Maka Rasulullah SAW mengangkat kedua
tangan ke langit dan berdoa: Ya Allah turunkan bagi kami hujan 3x. Berkata
Anas RA Demi Allah pada saat kami tidak melihat di langit mendung,
gumpalan awan atau apapun. Dan sebelumnya di antara rumah kami dan gunung
tidak ada penghalang untuk melihatnya”. Berkata Anas RA, “Maka muncullah di
belakangnya mendung seperti lingkaran. Dan ketika sampai di tengah, menyebar
dan turunlah hujan.” Anas RA berkata: “Maka kami tidak melihat matahari
selama enam hari”. Kemudian muncul lagi lelaki tersebut dari arah pintu yang
sama pada Jum’at sesudahnya dan Rasul SAW sedang khutbah. Dia menghadap Rasul
saw sambil berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah SAW harta-harta hancur dan
sungai-sungai penuh, berdoalah kepada Allah agar menghentikannya. Maka
Rasulullah SAW mengangkat tangan dan berdoa Ya Allah berilah hujan
sekeliling kami bukan adzab bagi kami, jatuh pada tanah, gunung-gunung,
pegunungan, bukit-bukit, danau- danau dan tempat tumbuh pepohonan” (HR.
Bukhari)
Ø Macam-Macam Istisqo
a.Istisqo yang paling ringan, yaitu doa
tanpa shalat dan tidak juga setelah shalat di masjid atau selain masjid,
sendiri atau jamaah. Dan sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang shalih.
b.Istisqo pertengahan, yaitu doa setelah
shalat Jum’at atau shalat lainnya, ketika khutbah Jum’at atau khutbah yang
lain.
c.Istisqo yang paling utama adalah Istisqo
dengan di dahului shalat dua rakaat dan dua khutbah. Dilakukan oleh muslim,
baik musafir atau muqim, penduduk kampung atau kota.
Ø Waktu Istisqo
Jika hanya doa, maka dapat dilakukan kapan
saja, dan lebih baik jika dilakukan saat khutbah Jum’at. Jika doa dan shalat
maka dapat dilakukan kapan saja, tetapi jangan dilakukan pada waktu yang
dimakruhkan shalat. Waktu yang utama adalah pada waktu Dhuha sampai Zhuhur
sebagaimana shalat Id.
Ø Tempat Shalat Istisqo
Shalat Istisqo dapat dilakukan di
masjid atau di luar masjid
Ø Adab sebelum shalat Istisqo
1.
Memperbanyak istighfar dan taubat di
hari-hari sebelumnya
2.
Menghindari perbuatan zhalim dan mengembalikan
hak-hak orang yang terzhalimi
3.
Didahului dengan berpuasa tiga hari
4.
Hari pelaksanaan dianjurkan puasa.
5.
Memperbanyak sedekah.
6.
Sebelum pelaksanaan, disunnahkan melakukan
thaharah seperti, mandi, bersiwak, menjauhkan perhiasan dan wangi-wangian,
memakai baju yang sederhana.
7.
Berangkat ke tempat dalam keadaan tawadhu,
khusyu’, berharap pada Allah.
Ø Tata Cara Pelaksanaan Shalat Istisqo
1.
Shalat dua rakaat, sebagaimana shalat ‘Ied,
rakaat pertama takbir tujuh kali dan kedua lima kali. Ibnu Abbas berkata:”
lakukan pada Istisqo seperti pada waktu ‘Ied”.
2.
Rakaat pertama disunnahkan membaca surat Al-A’la
dan rakaat kedua surat Al-Ghasiyah
3.
Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah dua
kali.
4.
Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua
tangan.
5.
Dianjurkan doa Istisqo dibacakan oleh Ahli Bait
dan orang shalih
6.
Bertawasul dengan amal shalih
7.
Khusus untuk kaum lelaki disunnahkan memindahkan
dan membalikkan selendang atau sorbannya.
8.
Dianjurkan imam keluar bersama masyarakat.
9.
Dianjurkan membawa binatang ternak.
Ø Doa Istisqo
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ, اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ, مَالِكِ يَوْمِ اَلدِّينِ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ, اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَللَّهُ, لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ, أَنْتَ اَلْغَنِيُّ وَنَحْنُ اَلْفُقَرَاءُ, أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ, وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ
اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا, اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثاً مُغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً غَدَقاً مُجَلِّلاً سَحّاً عامّاً طَبَقاً دَائِماً؛ اللَّهُمَّ على الظِّرَابِ وَمَنابِتِ الشَّجَرِ، وَبُطُونِ الأوْدِيَةِ؛ اللَّهُمَّ إنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفّاراً، فأرْسلِ السَّماءَ عَلَيْنا مِدْرَاراً؛ اللَّهُمَّ اسْقِنا الغَيْثَ وَلا تَجْعَلْنا مِنَ القَانِطِينَ. اللهم إنَّ بِالعِبادِ والبِلادِ والبهائم والخلق من اللأواء والجهد والضنك ما لا نشكوه إلا إليك.
اللَّهُمَّ أنْبِتْ لَنا الزَّرْعَ، وَأدِرَّ لَنا الضَّرْعَ، وَاسْقِنا مِنْ بَرَكاتِ السَّماءِ، وأنْبِتْ لَنا مِنْ بَرَكاتِ الأرْضِ؛ اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الجَهْدَ وَالجُوعَ والعُرْيَ، واكْشِفْ عَنَّا مِنَ البَلاءِ ما لا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ
اللهم اسقنا الغيثَ وانصرنا على الأعداء. اللهم أنت أمرتنا بدعائك ووعدتنا إجابتك، وقد دعوناك كما أمرتنا فأجبنا كما وعدتنا، اللهم امنن علينا بمغفرة ما قارفنا، وإجابتك في سقيانا، وسعة رزقنا.
Segala puji bagi Allah Rabbul
‘alamin yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang merajai hari pembalasan,
tidak ada Tuhan selain Allah yang melakukan apa yang Ia kehendaki, ya Allah
Engkaulah Allah tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau Mahakaya dan kami
orang-orang fakir, turunkanlah pada kami hujan, dan jadikan apa yang Engkau
turunkan sebagai kekuatan dan bekal hingga suatu batas yang lama.
Ya Allah, turunkan bagi kami
hujan 3x, Ya Allah, turunkan bagi kami hujan yang menyuburkan,
menyejahterakan, bermanfaat, mengalir dari atas ke bawah merata, dan
terus-menerus kebaikannya bagi negeri dan penghuninya. Ya Allah pada
pegunungan, sawah ladang dan danau-danau. Ya Allah kami beristighfar kepada-Mu,
sesungguhnya Engkau penerima ampun, turunkan kepada hujan dari langit yang
terus menerus memberikan kebaikan. Ya Allah turunkanlah hujan dan jangan
jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah negeri dan
penduduknya mengalami kesulitan, kesengsaraan, kesempitan dan kami tidak
mengadu kecuali kepada-Mu. Ya Allah tumbuhkanlah bagi kami tanaman, suburkanlah
susu-sus ternak kami, turunkanlah hujan dari keberkahan langit dan tumbuhkanlah
tanaman dari keberkahan bumi. Ya Allah angkatlah dari kami kesusahan,
kelaparan, dan terbukanya aurat, singkapkan dari kami musibah dan tidak ada
yang dapat menyingkapkannya kecuali Engkau
Ya Allah turunkanlah hujan dan
tolonglah kami atas musuh. Ya Allah Engkau telah memerintahkan kami untuk
berdoa, dan berjanji untuk mengabulkan. Dan kami telah berdoa sebagaimana
engkau perintahkan, maka kabulkanlah sebagaimana Engkau telah janjikan. Ya
Allah berikanlah anugerah ampunan-Mu atas kesalahan kami, dan kabulkan hujan
untuk kami dan kelapangan rezeki.
Ø Doa Ketika Hujan Telah Turun
اللّهُمَّ اجْعَلهُ صَيِّبَاً هَنِيئاً نافعاً. اللهم حوالينا ولا علينا.ويقولون: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ
Ya Allah jadikan hujan yang
menyejahterakan dan bermanfaat. Ya Allah turunkan di sekeliling kami bukan
adzab bagi kami. Dan jamaah mengucapkan:” Hujan turun dengan karunia dan rahmat
Allah.
6.
SHALAT JENAZAH
Ø PENGERTIAN
Shalat Jenazah termasuk dari macam-macam shalat-shalat sunnah, shalat jenazah dilakukan umat islam jika ada seseorang (muslim) lainnya yang meninggal dunia. Hukum Shalat Jenazah adalah "Fardhu Kifayah" artinya jika tidak ada yang menshalati jenazah yang masih hidup semuanya berdosa.
Shalat Jenazah termasuk dari macam-macam shalat-shalat sunnah, shalat jenazah dilakukan umat islam jika ada seseorang (muslim) lainnya yang meninggal dunia. Hukum Shalat Jenazah adalah "Fardhu Kifayah" artinya jika tidak ada yang menshalati jenazah yang masih hidup semuanya berdosa.
Ø SYARAT
Shalat jenazah sama halnya dengan shalat
Fardhu/Sunnah yaitu dalam hal diwajibkan menutupi aurat, suci dari hadats
besar/kecil, suci badan, suci pakaian dan tempatnya dan harus menghadap kiblat.
Jenazah harus sudah dimandikan/disucikan
dan dikafankan, jenazah diletakan sebelah kiblat/didepan orang yang
menshalatkan, kecuali kalaushalat dilakukan di kubur/shalat ghaib.
Ø RUKUN DAN TATA CARA
Shalat jenazah berbeda dengan shalat fardhu/sunnah, shalat jenazah tidak dengan adzan/iqamat, ruku', sujud, i'tidal dan tahiyyat. Shalat jenazah dilakukan hanya dengan empat takbir dan dua salam dilakukan dalam keadaan berdiri.
Shalat jenazah berbeda dengan shalat fardhu/sunnah, shalat jenazah tidak dengan adzan/iqamat, ruku', sujud, i'tidal dan tahiyyat. Shalat jenazah dilakukan hanya dengan empat takbir dan dua salam dilakukan dalam keadaan berdiri.
Cara-cara shalat jenazah :
a. Niat
Shalat jenazah sama seperti shalat fardhu/sunnah harus diawali dengan niat, tidak sah shalat seseorang jika tidak diawali dengan niat. dan niatnya adalah semata-mata hanya untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
a. Niat
Shalat jenazah sama seperti shalat fardhu/sunnah harus diawali dengan niat, tidak sah shalat seseorang jika tidak diawali dengan niat. dan niatnya adalah semata-mata hanya untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Niat untuk jenazah laki-laki :
"Ushalli 'alaa
haadzal mayyiti arba'a takbiiraatin fardhal kifaayati lillaahi ta'aalaa"
Artinya : Saya niat
shalat atas mayyit (laki-laki) ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah
SWT.
Niat untuk jenazah perempuan :
Niat untuk jenazah perempuan :
"Ushalli
'alaa haadzihil maytati arba'a takbiiraatin fardhal kifaayati lillaahi
ta'aalaa"
Artinya : Saya niat
shalat atas mayyit (perempuan) ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah
SWT.
b. Takbiratul ihram (Allaahu Akbar) / Takbir pertama
Setelah takbiratul ihram (Allahu Akbar) / takbir pertama diteruskan membaca Surat Al-Fatihah sampai dengan selesai.
Setelah takbiratul ihram (Allahu Akbar) / takbir pertama diteruskan membaca Surat Al-Fatihah sampai dengan selesai.
c. Takbiratul ihram (Allaahu Akbar) / Takbir kedua
Setelah takbiratul ihram (Allahu Akbar) / takbir kedua diteruskan dengan membaca Shalawat atas Nabi Muhammad SAW.:
"Allahumma shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa ali muhammad"
Artinya : "Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarganya".
Setelah takbiratul ihram (Allahu Akbar) / takbir kedua diteruskan dengan membaca Shalawat atas Nabi Muhammad SAW.:
"Allahumma shalli 'alaa muhammad, wa 'alaa ali muhammad"
Artinya : "Ya Allah limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad SAW., beserta keluarganya".
d. Takbiratul
ihram (Allaahu Akbar) / Takbir ketiga
Setelah
takbiratul ihram (Allahu Akbar) / takbir ketiga diteruskan membaca Do'a :
"Allaahummaghfir lahu (haa)
warhamhu (haa) wa'aafihii (haa) wa'fu 'anhu (haa)".
Artinya : " Ya
Allah, ampunilah dia, kasianilah dia sejahterakanlah dia dan ampunilah segala
dosa dan kesalahannya".
e. Takbiratul
ihram (Allaahu Akbar) / Takbir keempat
Setelah takbiratul ihram (Allahu Akbar) / takbir keempat
diteruskan membaca Do'a
" Allaahumma laa
tahrimnaa ajrahu (haa) walaa taftinaa ba'dahu (haa) waghfir lanaa wa lahu
(haa)".
f. Mengucapkan
Salam
Terakhir mengucapkan slam sambil menengokkan muka kekanan
dan kekiri dengan bacaan : "Assalaamu 'alaikum wa rahmatul laahi
wa barakaatuh"
Artinya
: "Keselamatan, Rahmat dan Berkat Allah SWT., semoga tetap pada kamu
sekalian".
2.4
SHALAT
SUNAH MUNFARID
Shalat
sunah munfarid adalah shalat yang dilakukan sendirian, tidak ada imam maupun
makmum. Shalat sunah munfarid sebenarnya bias dikerjakan secara berjamaah,
tetapi lebih dianjurkan untuk dikrjakan sendiri.
1.SHALAT RAWATIB
Ø
PENGERTIAN
|
Ø KEUTAMAAN FADILAH MELAKSANAKAN SHALAT
RAWATIB
- Hadits riwayat Bukhari
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ما من عبد مسلم يصلي لله كل يوم ثنتي عشرة ركعة تطوعا غير فريضة إلا بنى الله له بيتا في الجنة
- Hadits riwayat Bukhari
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ما من عبد مسلم يصلي لله كل يوم ثنتي عشرة ركعة تطوعا غير فريضة إلا بنى الله له بيتا في الجنة
Nabi
bersabda: Tidak ada seorang hamba yang shalat sunnah setiap hari sebanyak 12
rakaat kecuali Allah membangun untuknya sebuah rumah di surga.
- Hadits sahih riwayat Muslim
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الجَنَّةِ
Artinya:
Barang siapa yang shalat 12 rokaat sehari semalam maka dibangun baginya rumah
di surga.
- Hadits sahih riwayat Bukhari Muslim (muttafaq alaih)dari Ibnu Umar
- Hadits sahih riwayat Bukhari Muslim (muttafaq alaih)dari Ibnu Umar
صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الجُمُعَةِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ المَغْرِبِ، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ العِشَاءِ
Artinya:
Saya pernah shalat bersama Rasul dua rakaat sebelum dzuhur, 2 rakaat setelah
dzuhur, 2 raka'at setelah Jum'at, 2 rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah
isya'.
Ø WAKTU PELAKSANAAN SHALAT RAWATIB
Ada 5 (lima) waktu shalat sunnah rawatib dengan total 12 raka'at 6 raka'at ba'diyyah dan 6 raka'at qabliyyah dengan rincian sebagai berikut:
1. Dua raka'at sebelum shalat subuh.
2. Empat roka'at sebelum shalat dhuhur (dilakukan dua rakaat-dua rakaat atau 2x salam)
3. Dua roka'at setelah shalat dhuhur.
4. Dua roka'at setelah shalat maghrib.
5. Dua raka'at setelah shalat isya'.
Ø NIAT SHALAT RAWATIB
1. Sebelum subuh:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الصُبْحِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya:
Niat shalat sunnah qobliyyah subuh dua rakaat karena Allah.
2. Sebelum dzuhur:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
2. Sebelum dzuhur:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya:
Niat shalat sunnah qobliyyah dzuhur dua rakaat karena Allah.
3. Setelah shalat dzuhur:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
3. Setelah shalat dzuhur:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya:
Niat shalat sunnah ba'diyyah dzuhur dua rakaat karena Allah.
4. Setelah shalat maghrib:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الَمغْرِب رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الَمغْرِب رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya:
Niat shalat sunnah ba'diyyah maghrib dua rakaat karena Allah.
5. Setelah shalat isya':
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الِعشَاء رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
5. Setelah shalat isya':
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الِعشَاء رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
Artinya:
Niat shalat sunnah ba'diyyah isya' dua rakaat karena Allah.
Ø BACAAN SHALAT RAWATIB
1. Rakaat pertama membaca Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun
(قل يايها الكافرون).
2. Rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas (قل هو الله أحد).
2. Rakaat kedua membaca Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas (قل هو الله أحد).
2. SHALAT TAHIYATUL MASJID
Ø PENGERTIAN
Secara
bahasa tahiyatul masjid berarti menghormati masjid. Sedangkan shalat tahiyatul
masjid adalah shalat dua rakaat yang dilaksanakan sesaat setelah kita memasuki
masjid.
Ø HUKUM
Hukum melaksanakannya adalah
sunah, sebagaimana hadis Rasulullah SAW :
عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
e إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتّى يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ (رواه البخارى ومسلم)
Artinya
:“Dari Abu Qatadah, Rasulullah SAW bersabda : apabila salah seorang di antara
kamu masuk ke masjid maka janganlah duduk sebelum shalat (tahiyat masjid) dua
rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ø TATA CARA PELAKSANAAN
a.
Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
b.
Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
c.
Waktunya setiap saat memasuki masjid, baik untuk
melaksanakan shalat fardu maupun ketika akan beri’tikaf
Ø PANDUAN PRAKTEK
1. Berniat shalat Tahiyatul
Masjid
أُصَلِّي سُنَّةً تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
“Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat
karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram
3. Shalat dua rakaat seperti
biasa.
4. Salam.
3. SHALAT TAHAJUD
Ø PENGERTIAN
Shalat
tahajud adalah shalat sunnah yang sering dilakukan di malam hari setelah
shalat isya’ dan setelah tidur walau hanya sebentar. Jumlah shalatnya paling
sedikit dua raka’at, sedang banyaknya tidak ada batasan. Artikel di bawah
membahas tata cara pelaksanaan shalat tahajud secara detail.
Bagi orang yang biasa shalat tahajud, kemudian tidak
bangun pada malam hari sehingga tidak melakukan shalat tahajud, maka
disunnahkan untuk mengqodho-nya di siang hari sebelum dhuhur.
Ø NIAT SHALAT TAHAJUD
أُصَلِّي سُنّةَ التَهَجُدِ رَكْعَتَيْنِ ِللَهِ تَعَاليَ
Artinya: Aku niat shalat sunnah tahajud dua
raka’at karena Allah ta’ala.
Ø TATA CARA DAN BACAAN SHALAT TAHAJUD
1.
Setelah takbirotul ihram (takbir pertama), baca surat Al Fatihah dan setelah
itu disunnahkan membaca surat Al-Kafirun (Qul Ya Ayyuhal Kafirun.. dst)
2. Raka’at kedua membaca Al
Fatihah dan surat Al Ikhlas.
3. Waktu ruku’ membaca Subhana Rabbiyal Adzimi Wabihamdih 3x.
4. Waktu sujud membaca Subhana Rabbiyal A’la Wabihamdih 3x.
5. Setelah tahiyyat dan salam membaca do’a di bawah.
3. Waktu ruku’ membaca Subhana Rabbiyal Adzimi Wabihamdih 3x.
4. Waktu sujud membaca Subhana Rabbiyal A’la Wabihamdih 3x.
5. Setelah tahiyyat dan salam membaca do’a di bawah.
Ø BACAAN DOA SETELAH SHALAT TAHAJUD
بِسْمِ اللهِ الرَحْمن ِالرَحيم اَلَلهُم لكَ الحَمْدُ أنتَ قَيِّمُ السَمَواتِ وَالأرِض ومَنْ ِفيهِنَ ولَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَمَواتِ وَالأرِض ومَن فَيهنَ ولَكَ الحمدُ أنت الحقُ وَوَعْدُكَ الحقُ ولِقاءُكَ حَقٌ وقَولُكَ حَقٌ والجنةُ حقٌ والنارُ حَقٌ والنَبَيونَ حقٌ ومحمدٌ صلي الله عليه وسلم حَقٌ والسَاعَةُ حَقٌ اللهم لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ أَمَنْتُ وَعَليكَ تَوَكَلتُ وَإلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَلَكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْليِ مَا قَدَّمْتُ وما أَخَّرْتُ وما أَسْرَرْتُ وَما أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُبِهِ مِنيِ أَنْتَ الُمقَدِّمُ وَأَنْتَ الُمؤَخِّرُ لَاإلَهَ إلا أَنْتَ وَلاَ حَوْلَ وَلا قُوّةَ إلا بالله
Bismillahirrohmanirrohim, Allahumma lakal
hamdu anta qoyyimussamawati walardli wamanfihinna walakal hamdu anta
hurussamawati walardli waman fihinna walakal hamdu antal haqqu wawa’dukal haqqu
waliqoukal haqqu waqoulukal haqqu waljannatu haqqun wannaru haqqun wannabiyyuna
haqqun wa Muhammadun SAW haqqun wassa’atu haqqun. Allahumma laka aslamtu wabika
amantu wa’alaika tawakkaltu wailaika anabtu wabika khoshomtu walaka hakamtu
faghfirli ma qoddamtu wama akhortu wama asrortu wama a’lantu wama anta a’lamu
bihi minni antal muqoddimu wa antal muakhiru lailahailla anta wa la haula wala
quwwata illa billah.
Ø BACAAN DOA SAAT SUJUD SHALAT TAHAJUD
الَلهُمَّ اجْعَلْ فيِ قَلْبِي نُوْرًا وَفي سَمْعِي نُوْرًا وَفِي بَصَرِي نُوْرًا وَعَنْ يَميِني نُوْرًا وَتَحتِي نُوْرًا وَاجْعَلْنِي نُوْرًا
Allahummaj’al
fi qolbi nuron wa fi sam’i nuron wa fi bashori nuron wa’an yamini nuron watahti
nuron waj’alni nuron
Ø WAKTU PELAKSANAAN SHALAT TAHAJUD
Waktu pelaksanaan shalat
tahajud adalah mulai setelah isya’ sampai sepertiga akhir malam. Ulama
membagi waktu shalat tahajud menjadi tiga, yaitu:
1. Sepertiga malam pertamam.
Dari jam 19.00 sampai jam 22.00
2. Sepertiga malam kedua. Dari jam 22.00 sampai 01.00
3. Seperti malam ketiga. Dari jam 01.00 sampai masuknya waktu subuh
2. Sepertiga malam kedua. Dari jam 22.00 sampai 01.00
3. Seperti malam ketiga. Dari jam 01.00 sampai masuknya waktu subuh
Ø DALIL SUNNAH DAN KEUTAMAAN (FADHILAH)
SHALAT TAHAJUD
1. Al Quran Surat Al Isra’
17:79,
ومن الليل فتهجد به نافلة لك عسى أن يبعثك ربك مقاما محمودا
“Dan
pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah)
tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
2. Hadits riwayat Bukhari dari
Ibnu Abbas:
كَانَ النبُي صلى الله عليه وسلم إذا قام مِنَ الليل يَتَهَجَّدُ قال: اللهم لك الحمد أنت قيم السماوات والأرض
“Nabi
kalau bangun malam selalu melakukan shalat tahajud dan membaca doa allahumma
laka-l hamdu …dst.”
3. Al-Quran Surat Adz-Zariyat
ayat 17 dan 18:
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“(orang-orang
yang bertakwa)… Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.”
4. Hadits riwayat Muslim dari Abu
Hurairah
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Sebaik-baik
puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (bulan Muharram).
Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.”
5. Hadits riwayat Muslim:
عن ابن عمر رضي الله عنهما أنه قال: قام رجل فقال يا رسول الله كيف صلاة الليل، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: صلاةُ اللَيل مَثْنَى مثنى
“Seorang
laki-laki berdiri (di depan Nabi) dan bertanya, ‘Wahai Nabi, bagaimana cara
shalat malam?’ Nabi menjawab, ‘Shalat malam itu dua (rakaat) dua (rakaat).”
4..SHALAT
DHUHA
Ø PENGERTIAN
Shalat dhuha adalah salah satu
dari sekian macam shalat sunnah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad untuk
dilakukan selain shalat tahajud, shalat sunnah rawatib, shalat witir, dan
lain-lain. Shalat dhuha dilakukan pada pagi hari. Dari naiknya matahari sekitar
sepenggalah sampai sebelum masuk waktu dzuhur
Ø FADHILAH/KEUTAMAAN,SHALAT,DHUHA
Tujuan utama dalam melaksanakan shalat dhuha adalah ibadah mengikuti suri tauladan Nabi. Selain itu, ia merupakan amalan ibadah yang dapat memudahkan jalan bagi pelakunya. Terutama, dalam segi kelapangan memperoleh rizki.
Tujuan utama dalam melaksanakan shalat dhuha adalah ibadah mengikuti suri tauladan Nabi. Selain itu, ia merupakan amalan ibadah yang dapat memudahkan jalan bagi pelakunya. Terutama, dalam segi kelapangan memperoleh rizki.
Ø DALIL SHALAT DHUHA
1. Hadits riwayat Muslim:
صلاة الأوَِّاِبين إذا رَمَضَت الفِصال من الضُحَي
صلاة الأوَِّاِبين إذا رَمَضَت الفِصال من الضُحَي
Artinya:
shalatnya orang yang bertaubat adalah saat anak unta terbakar (oleh panas
matahari) di waktu pagi.
2. Hadits riwayat Ibnu Khuzaiman dan Hakim
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
Artinya:
Hanya orang yang bertaubat yang memelihara shalat dhuha karena shalat dhuha
adalah shalatnya orang-orang yang bertobat.
3. Hadits riwayat Ashbahani
مَنْ صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي دَهْرِهِ مَرَّةً وَاحِدَةً يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ إحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ عَشْرَ مَرَّاتٍ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَإِذَا تَشَهَّدَ سَلَّمَ وَاسْتَغْفَرَ سَبْعِينَ مَرَّةً وَسَبَّحَ سَبْعِينَ مَرَّةً سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ دَفَعَ اللَّهُ عَنْهُ شَرَّ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ وَشَرَّ أَهْلِ الْأَرْضِ وَشَرَّ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ
3. Hadits riwayat Ashbahani
مَنْ صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ فِي دَهْرِهِ مَرَّةً وَاحِدَةً يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ إحْدَى عَشْرَةَ مَرَّةً وَقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَآيَةَ الْكُرْسِيِّ عَشْرَ مَرَّاتٍ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَإِذَا تَشَهَّدَ سَلَّمَ وَاسْتَغْفَرَ سَبْعِينَ مَرَّةً وَسَبَّحَ سَبْعِينَ مَرَّةً سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِاَللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ دَفَعَ اللَّهُ عَنْهُ شَرَّ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ وَشَرَّ أَهْلِ الْأَرْضِ وَشَرَّ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ
Arti
kesimpulan: shalat dhuha akan membentengi diri dari keburukan penghuni langit
dan bumi dan gangguan manusia dan jin.(Hadits riwayat Asbahani dari Ibnu Abbas
- lihat Hasyiah Al-Jamal)
Ø WAKTU,SHALAT,DHUHA
Shalat dhuha dilaksanakan pada pagi sampai siang hari. Dari setelah matahari agak tinggi (irtifa' asy-Syamsi) sampai sebelum masuk waktu dzuhur. Adapun waktu terbaik adalah dengan mengakhirkan sampai waktu agak siang (panas). Kira-kira antara jam 8 sampai jam 10.
Shalat dhuha dilaksanakan pada pagi sampai siang hari. Dari setelah matahari agak tinggi (irtifa' asy-Syamsi) sampai sebelum masuk waktu dzuhur. Adapun waktu terbaik adalah dengan mengakhirkan sampai waktu agak siang (panas). Kira-kira antara jam 8 sampai jam 10.
Ø JUMLAH RAKAAT SHALAT DHUHA
Paling sedikit dua rakaat. Sedang paling banyak adalah delapan rokaat.
Berdasarkan hadits dari Abu Dzar berikut:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل بيتها يوم فتح مكة وصلى ثماني ركعات، فلم أر صلاة قط أخف منها؛ غير أنه يتم الركوع والسجود
Paling sedikit dua rakaat. Sedang paling banyak adalah delapan rokaat.
Berdasarkan hadits dari Abu Dzar berikut:
أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل بيتها يوم فتح مكة وصلى ثماني ركعات، فلم أر صلاة قط أخف منها؛ غير أنه يتم الركوع والسجود
Artinya:
Nabi Muhammad pada hari pembebasan Makkah (fathu Makkah) masuk ke rumahnya dan
shalat delapan rakaat. Aku tidak pernah melihat shalat yang lebih ringan (lebih
cepat) dari itu. Akan tetapi beliau tetap menyempurnakan ruku' dan sujud
(hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim).
Namun, menurut kitab Ar-Raudhah, jumlah rakaat dhuha terbanyak adalah 12 rakaat.
Apabila melaksanakan shalat dhuha lebih dari dua rakaat, maka yang utama dilaksanakan dengan dipisah salam setiap dua rakaat berdasarkan hadits riwayat Ahmad dan lain-lain صلاة الليل والنهار مثنى مثنى. Shalat malam atau siang (hendaknya dilakukan) dua rakaat dua rakaat.Namun boleh dilakukan delapan rakaat dengan satu kali salam.
Ø NIAT SHALAT DHUHA
أُصَلِّي سُنَّةَ الضُحَي رَكْعَتَين ِللهِ تَعَاليَ
أُصَلِّي سُنَّةَ الضُحَي رَكْعَتَين ِللهِ تَعَاليَ
Saya niat shalat dhuha dua rakaat karena
Allah.
Ø BACAAN SHALAT DHUHA
Bacaan saat shalat dhuha sama dengan shalat lain. Yaitu, surat al-fatihah dan surat pendek.
1. Surat Al-Fatihah (wajib).
2. Surat pendek (sunnah/tidak wajib)
3. Tahiyat (tasyahud) saat duduk rakaat terakhir.
Bacaan Quran selain Al-Fatihah yang paling dianjurkan adalah: Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Selain itu, sunnah juga membaca surat As-Syams dan Ad-Dhuha
Bacaan saat shalat dhuha sama dengan shalat lain. Yaitu, surat al-fatihah dan surat pendek.
1. Surat Al-Fatihah (wajib).
2. Surat pendek (sunnah/tidak wajib)
3. Tahiyat (tasyahud) saat duduk rakaat terakhir.
Bacaan Quran selain Al-Fatihah yang paling dianjurkan adalah: Surat Al-Kafirun pada rakaat pertama dan Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Selain itu, sunnah juga membaca surat As-Syams dan Ad-Dhuha
Ø DOA SHALAT DHUHA
Menurut keterangan dalam kitab فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب المعروف بحاشية الجمل doa yang disunnahkan untuk dibaca setelah shalat dhuha adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إنَّ الضُّحَى ضَحَاؤُك وَالْبَهَا بَهَاؤُك وَالْجَمَالُ جَمَالُك وَالْقُوَّةُ قُوَّتُك وَالْقُدْرَةُ قُدْرَتُك وَالْعِصْمَةُ عِصْمَتُك اللَّهُمَّ إنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضَحَائِكَ وَبِهَائِك وَجَمَالِك وَقُوَّتِك وَقُدْرَتِك آتِنِي مَا آتَيْت عِبَادَك الصَّالِحِينَ
Menurut keterangan dalam kitab فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب المعروف بحاشية الجمل doa yang disunnahkan untuk dibaca setelah shalat dhuha adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إنَّ الضُّحَى ضَحَاؤُك وَالْبَهَا بَهَاؤُك وَالْجَمَالُ جَمَالُك وَالْقُوَّةُ قُوَّتُك وَالْقُدْرَةُ قُدْرَتُك وَالْعِصْمَةُ عِصْمَتُك اللَّهُمَّ إنْ كَانَ رِزْقِي فِي السَّمَاءِ فَأَنْزِلْهُ وَإِنْ كَانَ فِي الْأَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَإِنْ كَانَ مُعْسِرًا فَيَسِّرْهُ وَإِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضَحَائِكَ وَبِهَائِك وَجَمَالِك وَقُوَّتِك وَقُدْرَتِك آتِنِي مَا آتَيْت عِبَادَك الصَّالِحِينَ
Ø
HUKUM,SHALAT,DHUHA,BERJAMAAH
Ada sebagian umat Islam yang suka melaksanakan shalat dhuha secara berjamaah. Adapun hukumnya adalah boleh dan tidak makruh tapi juga tidak sunnah. Akan tetapi lebih utama dilakukan sendirian
Ada sebagian umat Islam yang suka melaksanakan shalat dhuha secara berjamaah. Adapun hukumnya adalah boleh dan tidak makruh tapi juga tidak sunnah. Akan tetapi lebih utama dilakukan sendirian
5..SHALAT ISTIKHAROH
Ø PENGERTIAN
Shalat
Istikharah adalah Shalat yang dilakukan untuk mencari kebenaran / kebaikan
dari dua urusan. Shalat istikharah dianjurkan melaksanakannya untuk
segala urusan bersifat mubah seperti menikah, perdagangan, dan perjalanan
(safar). shalat istikharah umumnya dilaksanakan pada sepertiga malam, namun
pada dasarnya shalat istikharah dapat dilaksanakan pada waktu kapanpun jika
pelaksanaan shalat istikharah sudah dihadapkan dengan urusan yang sudah
mendesak.
Adapun
urusan yang bersifat wajib, bukan menjadi domain shalat
istikharah karena ketentuan kewajiban sudah jelas dan bukan pilihan.
Demikian pula urusan yang diharamkan tidak diperkenankan melaksanakan shalat
istikharah, karena terhalang oleh hukum syariat.
Shalat istikharah sesuai hadist
yang diriwayatkan oleh Jabir, Rasulullah bersabda :
اذا هم أحد كم
بالأمر فليركع ركعتين ثم ليقل: أللهم… (رواه البخاري)
Ø CARA PELAKSANAAN
a. Jumlah rakaatnya hanya 2 rakaat.
b. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
c. Waktunya pagi, siang, atau malam hari.
Ø NIAT SHALAT ISTIKHAROH
أُصَلِّي سُنَّةَ اْلإِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْن لِلَّهِ تَعَال
“Aku
Niat Shalat Sunnah Istikharah dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
Rakaat
pertama setelah membaca surat al-Fatihah membaca surah al-Kafirun. Dan rakaat
kedua setelah al-Fatihah membaca surat al-Ikhlas. Lalu salam dan membaca doa shalat
istikharah.
Ø DOA SHALAT
ISTIKHAROH
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ
“Ya
Allah hamba memohon agar Tuhan memilihkan mana yang baik menurut Engkau Ya
Allah. Dan hamba memohon Tuhan memberikan kepastian dengan ketentuan-Mu dan
hamba memohon kemurahan Tuhan yang Besar lagi Agung karena sesungguhnya Tuhan
yang Berkuasasedang hamba tidak tahu dan Tuhanlah yang amat mengetahui segala sesuatu
yang masih tersembunyi. Ya Allah, jika Tuhan mengetahui, bahwa persoalan ini
baik bagi hamba, dan baik pula akibatnya bagi hamba, maka berilah perkara ini
kepada hamba, dan mudahkanlah ia bagi hamba, kemudian berikanlah keberkahan
bagi hamba, dan penghidupan hamba, dan jika tidak baik akibatnya bagi
hamba, maka jauhkanlah ini dari hamba dan jauhkanlah hamba dari padanya. Dan
berilah hamba orang yang rela atas anugrah-Mu.”
6. SHALAT HAJAT
Ø PENGERTIAN
Shalat
Hajat adalah shalat sunah yang dilakukan karena ada suatu hajat / keperluan,
baik keperluan duniawi atau keperluan ukhrawi. Agar hajat di kabulkan Allah,
banyak cara yang dilakukan diantaranya adalah berdoa dan shalat. Shalat Hajat
merupakan cara yang lebih spesifik untuk memohon kepada Allah agar di kabulkan
segala hajat, karena arti shalat secara bahasa adalah doa.Firman Allah :
"Dan mintalah pertolonganlah ( kepada Allah ) dengan sabar dan
shalat" ( Al Baqarah : 45 ).
Ø CARA PELAKSANAAN
Shalat
hajat tidak mempunyai waktu tertentu, asal pada waktu yang tidak dilarang,
misalnya setelah shalat Ashar atau setelah shalat Shubuh. Shalat hajat
dilaksanakan dengan Munfarid ( tidak berjamaah ) minimal dua rokaat dan
maksimal dua belas rakaat. Jika dilaksanakan pada malam hari maka setiap dua
rakaat sekali salam dan jika dilaksanakan pada siang hari maka boleh empat
rakaat dengan sekali salam dan seterusnya. Sabda Nabi saw : "Siapa yang
berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian shalat dua rakaat ( Shalat Hajat ) dan
sempurna rakaatnya maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat"
( HR.Ahmad ).
1. Niat
shalat Hajat di dalam hati berbarengan dengan Takbiratul Ihram
"Aku
niat shalat sunah hajat karena Allah"
2. Membaca doa Iftitah
3. Membaca surat al Fatihah
4. Membaca salah satu surat di dalam al quran. Afadhalnya,
rokaat pertama membaca surat al Ikhlas dan rakaat kedua membaca ayat kursi (
surat al Baqarah : 255 ).
5. Ruku' sambil membaca Tasbih
tiga kali
6. I'tidal sambil membaca
bacaannya
7. Sujud yang pertama sambil membaca Tasbih tiga
kali
8.
Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya.
9. Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga
kali.
10.
Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas,
kemudian Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali.Jika
dilaksakan empat rakaat dengan satu salam maka setelah dua rakaat langsung
berdiri tanpa memakai Tasyahhud awal, kemudian lanjutkan rokaat ke tiga dan ke
empat, lalu Tasyhhud akhir setelah selesai membaca salam dua kali.
11.Setelah
selesai shalat Hajat bacalah zikir yang mudah dan berdoa sampaikan hajat yang
kita inginkan kemudian mohon petunjuk kepada Allah agar tecapai segala
hajatnya.
7..SHALAT
TASBIH
Ø PENGERTIAN
Salat Tasbih merupakan salat Sunnah yang di dalamnya
pelaku salat akan membaca kalimat tasbih (kalimat "Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha
illallahu wallahu akbar") sebanyak 300 kali (4 raka'at masing-masing 75
kali tasbih). Salat ini diajarkan Rasulullah SAW kepada pamannya yakni
sayyidina Abbas bin Abdul Muthallib. Namun beberapa
ulama berbeda pendapat tentang hal ini.
Ø HIKMAH
Hikmah salat adalah dapat mencegah
perbuatan keji dan kemungkaran, tentu saja dari salat tasbih yang dilakukan dengan hati
yangikhlas diharapkan akan dapat pula
seseorang yang melakukannya dicegah atau terjaga dari perbuata-perbuatan yang
keji lagi mungkar.
Ø NIAT SHALAT
Niat salat ini, sebagaimana juga salat-salat yang lain cukup
diucapkan di dalam hati dan tidak perlu dilafalkan, tidak terdapat riwayatyang menyatakan keharusan untuk melafalkan niat akan tetapi yang
terpenting adalah dengan niat hanya mengharapkan Ridho AllahTa'ala semata dengan hati yang ikhlas dan khusyu.
Ø CARA PELAKSANAAN
Salat tasbih dilakukan 4 raka'at (jika dikerjakan siang maka 4
raka'at dengan sekali salam, jika malam 4 raka'at dengan dua salam )
sebagaimana salat biasa dengan tambahan bacaan tasbih pada saat-saat berikut:
No.
|
Waktu
|
Jml. Tasbih
|
1
|
Setelah
pembacaan surat al fatihah dan surat pendek saat berdiri
|
15 kali
|
2
|
Setelah
tasbih ruku' (Subhana rabiyyal adzim...)
|
10 Kali
|
3
|
Setelah
I'tidal
|
10 Kali
|
4
|
Setelah
tasbih sujud pertama (Subhana rabiyyal a'la...)
|
10 Kali
|
5
|
Setelah
duduk di antara dua sujud
|
10 Kali
|
6
|
Setelah
tasbih sujud kedua (Subhana rabiyyal a'la...)
|
10 Kali
|
7
|
Setelah
duduk istirahat sebelum berdiri (atau sebelum salam tergantung pada raka'at
keberapa)
|
10 Kali
|
Jumlah
total satu raka'at
|
75
|
|
Jumlah
total empat raka'at
|
4 X 75
= 300 kali |
8..SHALAT
MUTLAK
Ø PENGERTIAN
Shalat
sunah yang boleh dikerjakan pada waktu kapan saja, kecuali waktuyang
terlarang untuk mengerjakan shalat sunah. Jumlah rakaatnya tidak
terbatas.Shalat sunah muthlaq yakni sunah yang tidak bersebab, bukan karena
masuk masjid, bukankarena shalat qabliyah atau ba’diyah shalat fardhu, dan yang
lainnya.Shalat ini semata-mata shalat sunah muthlaq, kapan pun dan di mana pun
dapat dikerjakan,asal jangan waktu haram.
Ø WAKTU YANG DIHARAMKAN
1. Waktu matahari sedang terbit
hingga naik setombak/lembing.
2.
Ketika matahari berada tepat di puncak ketinggiannya hingga tergelincirnya.
Kecualipada hari Jumat ketika orang masuk masjid untuk mengerjakan shalat
tahiyyatul-masjid.
3. Sesudah shalat asar sampai
terbenam matahari.
4. Sesudah shalat subuh hingga
terbit matahari agak tinggi.
5. Ketika matahari sedang
terbenam sampai sempurna terbenamnya.
Ø LAFAZH NIAT
Ushallii
sunnatar rak’ataini lillaahi ta’aalaa. Allaahu akbar
Artinya:
“Aku niat shalat sunah dua raka’at karena Allah. Allaahu akbar.”
|
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Sholat
sunnah adalah ibadah sholat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW di luar sholat
yang hukumnya wajib. Sholat sunnah dikerjakan guna mendekatkan diri kepada
Allah SWT, menyempurnakan sholat fardhu,
bertaubat kepada Allah SWT agar hajatnya dikabulkan, meningkatkan derajat dan
martabat serta menjernihkan akal pikiran setiap pelakunya.
Dasar pelaksanaan sholat sunnah sangat kuat dan
mendasar. Sholat sunnah didasari oleh hadis dan sunah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam. Dalil tersebut yang kemudian dijabarkan oleh para ulama dan umara
untuk disampaikan pada seluruh ummat muslim, baik itu jenis maupun
tata cara pelaksanaannya yang sesuai dengan hadis dan sunnah.
Sholat
sunnah terbagi menjadi 2 yaitu :
ü Muakad,
adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati
wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
ü Ghairu
Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
Dalam
pengerjaannya, sholat sunnah dapat dilakukan secara berjamaah maupun munfarid,
harus sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan serta pada waktu dan tempat
yang afdhal.
3.2 Saran
Sholat
sunnah akan mendapatkan pahala apabila di kerjakan, maka apabila kita ingin
mendapatkan pahala tambahan di samping sholat wajib dapat di laksanakan dengan
melakukan sholat sunnah, wallohu a’lam.
Daftar Pustaka
v
http://paismpn4skh.wordpress.com/2010/01/02/shalat-sunah-berjamaah-dan-munfarid/ http://s1.isla sunahmhouse.com/data/id/ih_articles/chain/Summary_of_the_Islamic_Fiqh_Tuwajre/03_Worship/02_Salah/id_salat_16a.pdf
v
http://orgawam.wordpress.com/2008/05/27/macam-macam-shalat-sunnah/
v http://el.ibbien.com/index.php/kajian-fiqh/215-tata-cara-shalat-hari-raya-idul-fitri-dan-idul-adha-
v Ika Setyani. 2010. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Swadaya Murni
v Drs.H.Ali Rosyidi. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Tunas
Melati
Mohon Izin mengcopy makalahnya Oky
BalasHapusSyukran
ijin copy ya...makasih
BalasHapus